
Tetesannya lembut namun menyimpan satir sekaligus rasa yang kusut masai
Kita berdua saling melahap langit sehingga hangatnya menyerpih gurih
Menyerupai butiran-butiran keringat yang asin
Suara-suara nafas yang tersengal memecah keheningan
Menghantarkan kita pada pintu surga buatan atau neraka rakitan
Tapi kita berdua tak perduli!
Biarkan semua terjadi sejadi-jadinya!
Lagipula kita terlampau rakus menikmati Dipan Senja itu bukan?
Kita bergumul dalam temaram saat tubuh meronta lirih
Sambil berharap malam tak terlalu pekat, kita tuntaskan sampai habis
Lembang, 1 Desember 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar