Senin, 17 Agustus 2009

Jika Aku Pergi


Jika suatu hari nanti aku meninggalkanmu
bukan berarti aku sudah tak sayang.
Kepergianku bukanlah kepergian abadi
melainkan ku ingin sejenak mengecup sunyi

Apabila suatu saat nanti aku tak mengecupmu,
membelaimu seperti kebiasaan kita di sore hari,
saat matahari tiarap disebelah barat
Bukan pula berarti aku sudah tak lagi cinta.

Aku menghilang tanpa harus kebuang segala cerita kita
dan aku pergi tanpa harus pamit pada kenangan
Tak akan pernah kuhilangkan semua jarak
Cuma sebentar saja aku ingin menghirup sepi

Demi menjagai luka yang terlalu menganga
juga kecewa karena harapan di atas pucuk cinta
Cinta yang terlalu merana ditikam mimpi-mimpi!
Kekasih...
Sejenak saja bersamamu, aku tak perlu mimpi!


Cikapundung, 14 Agustus 2009

Sabtu, 08 Agustus 2009

Deja Vu


Kenapa memilih pergi meninggalkan keluh tragedi? Tinggallah sejenak bersamanya biar rasakan sakitnya yang paling puncak! Kenapa harus berlari jika kenyataan tak kuasa hindari. Diam!
Tenggelamlah bersama wingitnya mimpi. Relakanlah diri dijambak absurditas. Rebahkan diri dikuliti sepi. Merataplah digeledah harapan...

Sebab engkau adalah lentera penerang kegelapanku
yang setia menyala saat pelupuk mataku meredup...

Senja Wingit


Ingin kukabarkan pada langit dan bintang
Ingin kuteriakan pada bumi juga semesta
Tentang panasnya api yang membakar hati!

Dengan selapik harapan dalam kecemasan yang menantang,
melawan aral sisa semalam
Bersama sepenggal-penggal mimpi dan cinta yang mambang,
menerobos sekat-sekat asmara purba
Malam disertai letupan angan membuncah, juga selaksa utopia
yang menggelegak bersama sepotong sajak, aku mengangkang
menantang awan!

Aku...

Mencintai hidup bersama lipatan tragedi dan komedi
yang menjalar disela-selanya!
Kubiarkan kunang-kunang mengiri pada cengkerik
yang menari diantara semak-semak melati...
Kubiarkan sepi dan luka menyerpih seperti yang sudah-sudah
memukulku telak, pada apa yang dinamakan 'kehancuran eksistensi'

Ahh, betapa tidak menariknya dunia
tanpa kata-kata!


Bragaweg, 5 Agustus 2009

Senin, 03 Agustus 2009

Ode Untuk Ibu

Ibu...
Hari-hari semakin seperti batu, sehitam pualam
Begitu keras, penuh gerutu
Selaksa duka, hujan airmata dan cita-cita
Engkau jadikan kisah cerita

Tapi di wajahmu itu...
Ada danau bening yang membuatku ingin tenggelam
Ada tangga bambu untukku memanjat langit

Ibu...
Engkau tahu aku bukan lagi bocah usia belasan
Pantaskah kucucurkan serupa tangisan
Demi sepotong luka yang engkau rasakan?
Sebagai tangisan pada sekian kesukaran
Sementara dirimu lebih lama mengemban beban...

Ode Untuk Bapak


Irama bathin yang membayang,
Mampu melumatkan wajah segar berubah kering dan kusam
Mambalut aneka perasaan harian, ritus pengalaman dan menumpuk pada usia yang menuju senja

Kenangan segarnya masih jelas terpahat
Mensiasati kemungkinan untuk terus menyulam hidup
dan di wajahmu itu, jelas terlukis aneka rupa:
Ukiran derita, sumpah serapah, janji imaji dan mimpi buruk!

Gelisah yang mengganggu engkau anggap ombak mendesah
Sorot mata yang pudar telah lama engkau jual pada setetes embun
Demi sepotong hidup yang nyaris belum sempat engkau selesaikan

Dibalik tubuhmu yang ringkih namun sebenarnya begitu tegar
Petuahmu yang samar namun sesungguhnya tampak jelas
Adalah baktimu demi kami...
Anak-anakmu yang dulu pernah pipis dan menangis dipangkuanmu

Sabtu, 01 Agustus 2009

Sepi Sendiri


Seperti sudah kuduga...
Kegelisahan lama menggempur tebing jantung
Menampar sisi terdalam hasrat dan nurani
Menjadikanku separuh isi separuh kosong
Teror imaji mengkerangkeng semua tanya

Aku lelah, letih menjadi begini!
Aku tak mau lama dibungkam sepi!
Kemanakah perginya harapan?

Soneta Sangkakala

Dinding kamarku seperti meleleh, langit-langit di atasku seakan runtuh
Menimpa diriku yang terbaring terjengkang
Ranjangku seakan ambruk, merosot dan tersedot ke dasar bumi
Amblas!
Aku ingin berteriak keras!
Aku ingin memekik lantang!

Aku mencium wangi Tuhan yang menyeruak dari segala lubang di diriku
Ada aroma pekat malaikat dan setan yang keluar dari pori-pori ragaku
Mataku menyala melihat separuh pelangi di kemaluanku
Sinar bulan pecah. Bintang-bintang bertaburan. Dedaunan menari

Dan...

Jasadku meledak sejadi-jadinya!
Tulang belulangku lepas berhamburan di udara
Usus terburai. Jantung terlepas. Darah tumpah
Ragaku tak membentuk serupa tubuh utuh
Berubah ceceran daging yang menyerpih gurih

Aku mencium wangi Tuhan dan sorga!
Aku mencium aroma hutan!
Aku menangis di danau hening...