Jumat, 25 Desember 2009

Cicakung di suatu sore

Lama aku berkhayal tentang sahaja alam desa
dimana batu-batu bisu menunggu, dimana katak-katak saling mendengkur atau angsa-angsa berbagi birahi.

Di sepanjang pematang ini aku berpuisi
menorehkan pena tentang kekejaman takdir
sambil berharap kepada semesta yang malas mengobati luka
di atas kaki langitku yang sedang berdarah ditikam rasa.

Mentari senja Cicakung sedang telanjang
aku menghela nafas, kubiarkan diriku terlentang
mengais harapan pada apa yang telah hilang agar kembali
pulang mengetuk pintu beranda masalalu!

Di atas selembar lembah ini aku menjelma seekor burung
dalam kepakan sayap yang lemah-lambat
aku terperangkap dalam jala-jala masa depan yang kelabu
di saat bumi dan hujan mulai mangkir dari para pembajak alam
aku beranang di antara genangan lanskap tak berpengharapan!

Lembah Cicakung, 21 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar