Sabtu, 18 Juli 2009

Merajah Amorfati

Ia terlalu mencintai hidupnya yang terbengkalai,
sekaligus menyukai sejenis nasib yang dilupakan waktu
Tapi penyerahannya tak sia-sia!

Kadang ia menangis meraung ditengah renyah tawa...
Sejenis tawa yang nakal. Seringai yang hening. Airmata yang kering...
Ia pun menari dalam irama rintik hujan yang rancak!

Sesekali ia terbahak disela-sela tangisan yang sakit,
sejenis tangisan yang bahkan ia lupa beri nama...

Ia jelmakan dirinya menjadi sebatang kayu,
yang merelakan jasadnya dibakar api senja...
Ia serahkan raganya dirajang arang...
Ia larungkan hasratnya dilumat abu...

Demi apa yang ia namakan Cinta pada sepotong hidup!
Juga sedikit kuasa!

Bandung, 16 April 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar