Sabtu, 19 Maret 2011

Lamunan kering di senja yang basi

Matahari menukik terik
Siang menyiang menuju senja di kolong jembatan Pasopati
Kesadaran asing telah memapahku, mengajakku pergi
menuju lilitan mimpi di dalam lipatan sejarah.
Mimpi itu tetap kusam, lamunan itu tetap kering.

Kujumpai diri dalam selongsong yang kosong.
Aku dilumat diam.
Aku duduk melamun bak The Thinker pahatan Auguste Rodin.
Di tepi senja yang nyaris basi.
Tak banyak cakap sebab akulah sang pejalan sunyi!
Kubiarkan seisi dada terus membathin. Menggumamkan entah apa.

Aku tatap bebatuan. Dedaunan dihempas angin.
Aku bersijingkat perlahan-lahan. ku hindari lubang-lubang jalanan.
Aku lompati genangan lumpur penuh becek. Aku melenguh sesal.
Kepala merunduk lesu. Kaki tetap mengayun. Menyeret kerikil di alas sepatu.
Aku tendang kaleng bekas minuman. ku berhenti di persimpangan.
Aku ingin teriak keras!

Kawan, ternyata jalan dimuka masihlah teramat panjang.
Rembulan di atas kepala pecah di hunus mimpi.
Aku mau pulang....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar