Selasa, 29 Maret 2011

Adam Hawwa Jatuh ke Bumi

Dunia masih serupa genangan. Lahar-lahar mengakar, menjalar. Gelap.
Bumi serupa hutan dan semak belukar rerumputan. Tak ada hewan, tak ada suara.
Dan tanah belum menjelma suaka-suaka bagi jejak kaki para pendosa.

Di atas lelapis langit ada sepasang dara perjaka telanjang.
Tersesat membabat belukar asmara purba. Saling berlari.
Berkejaran di bawah rindang pohon buah terlarang dan kudapan sungai bening.

Dua onggok tubuh terkapar di altar rerumputan hijau.
Melepas penat. Berbagi keringat cinta yang kelak berbuah laknat.
Sepasang insan yang mabuk hasrat berkarat.

Asyik bertukar mata demi saling melihat perkakas syahwat
yang belum sempat mereka beri nama.
Namun sekepal rasa sedang menari-nari diantara sulur-sulur dan kelopak-kelopak hangat.
Yang tersembunyi dibalik pelepah dedaun surga.

Tuhan Maha Melihat. Tuhan mulai dilindap rasa cemburu.
Bapa leluhur para manusia mulai menebar angkara.
Matanya mengeluarkan api!
Dia menyuruh Adam - Hawwa segera turun ke Bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar